Membongkar Filsafat Hoax Sebagai Perspektif Informasi

0
44

Opini ( Duta Lampung Online)- Secara sederhana filsafat ialah suatu ilmu yang mengajarkan manusia untuk berpikir secara logis, kritis dan radikal namun tetap sistematis.

Berpikir secara logis mengajarkan kita untuk lebih peka dalam penalaran, lebih peka dalam membedakan argument, serta mengajarkan kita untuk memiliki pandangan yang lebih luas dan berbeda.

filsafat juga mengajarkan untuk berpikir lebih kritis terhadap berbagai fenomena yang sedang berkembang di era sekarang.

Hal seperti itulah yang akan membuat kita lebih teliti dengan tidak menerima mentah-mentah segala sesuatu tanpa mencari tahu terlebih dahulu tentang segala hal yang kita dapatkan tersebut.

filsafat juga menuntut manusia untuk bisa berpikir secara radikal, dengan tujuannya adalah agar kita tahu secara mendasar dari berbagai masalah yang ada sehIngga nantinya akan nada suatu jawaban yang hakiki dengan kebijaksanaan.

Jika melihat dari penjelasan tersebut, tanpa membahas mengenai kebenaran, maka sudah dapat dikatakan bahwa apabila kita menerapkan cara berpikir filsafat dalam kehidupan kita sehari-hari, hal itu bisa digunakan untuk menghambat banyaknya hoax yang diterima.

mengenai kebenaran dalam pandangan atau dalam perspektif filsafat. Apakah kebenaran itu? Apa yang bisa dikatakan atau disebut sebagai kebenaran? Lalu, apakah hal yang sudah sesuai dengan logika dan fakta bisa diartikan dalam suatu kebenaran? Dan bagaimana mencari tahu bahwa sesuatu tersebut dapat dikatakan sebagai kebenaran?.

Pertama, kebenaran mempunyai definisi sebagai hubungan ketersuaian antara suatu pengetahuan dengan objeknya.

Misal ; seperti saat kita mengatakan cuaca di luar sangat terik dan panas, yang mana pada saat itu memang cuaca sedang terik dan musim kemarau. Berarti kebenaran tersebut memang sesuai keadaan objek saat itu.

Hal itu berarti menunjukkan pengetauan kita terhadap cuaca serta objeknya adalah panas terik. Kebenaran seperti itu disebut kebenaran objektif. Seperti kata Poedjawijatna “pengetahuan yang benar adalah pengetahuan objektif”.

Kedua, apa yang bisa disebut sebagai kebenaran? Maka dalam hal ini kita akan membicarakan mengenai jenis-jenis kebenaran. Terdapat 3 jenis kebenaran yang menjadi unsur utama untuk sesuatu agar bisa dikatakan sebagai kebenaran.

Pertama, jenis kebenaran epistimologis atau kebenaran dari pengetahuan yang logis sesuai dengan keadaan objek.

Kedua, adalah jenis kebenaran ontologis yaitu berdasar dengan sifat dasar ataupun hakikat dari sesuatu, seperti halnya manusia yang benar adalah manusia yang sesuai akan kodratnya. Ketiga, adalah jenis kebenaran semantic, Kebenaran ini menjelaskan bahwa bahasa merupakan ungkapan dari sebuah pernyataan kebenaran.

Misalnya, filsafat secara bahasa berasal dari Bahasa Yunani philosophia yang berarti cinta akan kebijaksanaan. Makna tersebut dikatakan benar jika terdapat referensi yang jelas. (Richard L. Kirkham: Teori-Teori Kritis; Menggugat Kebanaran).

Yang ketiga adalah apakah sesuatu bisa dikatakan benar, jika sudah sesuai logika dan fakta?. Seperti yang ada pada gagasan pertama di atas, logika bisa diartikan sebagai suatu kemampuan berpikir secara logis atau masuk akal yang sebanding dengan hati nurani manusia.

Logika biasanya digunakan untuk membedakan atau untuk berpikir apakah sesuatu itu baik atau buruk.

Sedangkan fakta adalah segala sesuatu yang mampu ditangkap atau dilihat oleh indra manusia yang sesuai dengan keadaan nyata dan memiliki bukti yang sesuai kebenaran.

Dua hubungan antara fakta dan logika ini terkadang bertentangan seperti hubungan 2 orang yang diebut pacaran. Terkadang saling sambung tapi kadang juga bertentangan (inkonsisten).

logika dan fakta ini sejatinya harus berjalan seirama karena apa yang dilihat oleh indera layaknya juga harus dirasa oleh akal. Logika sejatinya telah ada sejak manusia sudah dapat berpikir.

Selanjutnya, dalam filsafat sudah dikaji mengenai cara mencari tahu sesuatu tersebut bisa dikatakan benar atau tidak, yaitu menurut ilmu, filsafat dan agama ialah sebagai berikut: Kebenaran ilmiah dapat dicari dan ditemukan dengan data data yang logis dan empiris.

Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan penyelidikan mencari data empiris mengenai suatu objek yang diteliti, contohnya seperti “apakah benar jika pemberian pupuk pada tanaman dapat menyuburkan pertumbuhan tanaman?” dari hasil penelitian tersebut maka nanti dapat disimpulkan bagaimana pengaruh pupuk pada tanaman.

Kebenaran filsafat dapat dilakukan dengan cara berpkir radikal
Last but not least, H O A X. Sebelumnya, di zaman seperti sekarang ini dimana kecanggihan teknologi sangat berkembang pesat maka, sistem informasi yang manusia terima juga sangat beragam dan cepat.

Dari sinilah banyak oknum yang menyebarkan berbagai informasi mulai dari yang bermanfaat hingga tidak berfaedah. Hoax banyak timbul dari kecanggihan media massa.

Lantas Apakah hoax itu? Hoax merupakan informasi yang disebarluaskan oleh oknum untuk mengelabui atau menipu golongan lain. Pada hakekatnya, hoax tidak sepenuhnya berisi informasi yang keliru.

Terkadang informasi yang disampaikan memang benar adanya, hanya saja akan disebut hoax jika di dalamnya terdapat unsur rekayasa atau menambah dan mengurangi fakta dari informasi yang ada sebelumnya.

Saat ini, banyak masyarakat umum yang sudah dijejali oleh konten-konten berita hoax. Banyak sekali informasi mengenai hoax (baik dalam bidang sosial, ekonomi, budaya bahkan poltik) yang memang sengaja dibesar-besarkan dengan tujuan memang untuk menimbulkan kegaduhan, perpecahan, bahkan untuk memprovokasi salah satu pihak yang tentunya hal ini akan sangat membahayakan kesatuan bangsa kita.

Last but not Least, what an action we should do to fix a lot of hoax ? Tentunya dengan cara pandang filsafat dan mengerti penuh akan kebenaran sesuai perspektif filsafat. Kita memang tidak bisa mengubah lingkungan, tapi kita bisa merubah diri kita sendiri terlebih dahulu, baru selanjutnya lingkungan akan terasa dekat dengan kita.

Mari kita bangun cara berpikir filsafat kita, cara berpikir kritis kita secara mendalam terhadap semua berita dan informasi yang kita terima. Kecanggihan teknologi jangan dibiarkan begitu saja, kita juga harus bisa memanfaatkan dengan cara mencari fakta dan bukti sebanyak-banyaknya yang berhubungan dengan konten berita yang kita terima. Jika kita sudah menerima info yang nyatanya memang keliru. STOP FOLLOWING. Jangan turut menjadi oknum yang menyebarkan informasi hoax. Yang perlu kita lakukan adalah berpikir secara kritis, teliti, dan radikal.

Maka jika kita menerapkan hal ini dalam kehidupan, hoax akan dapat dimatikan. Karena orang yang ber-filsafat, maka hoax akan dihambat.

(KnNsr/SHDt)(*)