OPINI : MEMBACA TANPA KEPALA

0
41

DARI ILUSIĀ  kemudian melahirkan sugesti. Kemudian sugesti bergerak merangsang otak. Sebelum otak itu memutuskan akan terpengaruh atau tidak, nalar menjadi penentunya.

Artinya nalar laksana hakim, yang berkompetensi secara adil, tentang salah atau benarnya rangsangan sugesti tersebut.

Tentang baik atau buruknya rangsangan tersebut.

Jika nalar itu tidak sehat, Maka nalar menjadi tidak adil, secara gegabah mengambil keputusan tanpa proses.

Mereka Main hakim sendiri, Hukum Rimba , Akibatnya salah atau benar, baik atau buruk, menjadi tak penting. Tiada analisis, tak bermutu, murahan, menyalahi kodrat makhluk yang diberi anugerah akal. Terbilang hipokrit Dan itu penyakit mental yang sangat berbahayakan.

Sebelum diketahui secara persis fakta atau rekayasa, bahwa berita-berita atau tulisan-tulisan atau konten-konten bergambar yang beredar disekian ratus juta channel digital adalah ilusi.

Menjadi bukan ilusi jika disaksikan sendiri dengan kasat mata. Hal ini tentu bisa dipertanggungjawabkan, karena jelas bukan sekedar katanya si anu si itu bla bla dsb. Jika tidak begitu teori kepastiannya, hal tersebut secara adil butuh penalaran!

Setidaknya dengan penalaran, tidak gampang dibodohi! Sebab kebodohan sendiri dihasilkan dari ilusi yang melahirkan sugesti malas menjadi hakim yang adil terhadap dirinya sendiri. Sebagaimana yang sudah saya jelaskan di atas.

Terpujilah orang-orang terpuji lakunya.