Tragedi di Abulyatama: Dugaan Premanisme di Balik Pendudukan Kampus, Kematian Satgas Bukan Karena Kekerasan

0
6

Banda Aceh, dutalampung.com – Situasi di Universitas Abulyatama kembali memanas. Di balik aksi unjuk rasa mahasiswa dan pendudukan kampus oleh orang tak dikenal, muncul satu fakta penting: hasil pemeriksaan medis menunjukkan bahwa meninggalnya anggota Satgas kampus, Wahidin, bukan karena kekerasan fisik.

Pihak kepolisian melalui Kapolresta Banda Aceh, Kombes Pol Joko Heri Purwono, menyampaikan bahwa hasil visum luar tak menemukan tanda-tanda luka akibat pemukulan ataupun senjata tajam. Bahkan, keluarga korban menolak dilakukan autopsi.

Namun di balik tragedi ini, justru muncul pertanyaan lebih besar: siapa yang bertanggung jawab atas masuknya kelompok tak dikenal ke lingkungan kampus?

Sumber menyebut bahwa sejak beberapa waktu lalu, kampus telah “dikuasai” oleh orang-orang yang tidak dikenal dan mengklaim sebagai petugas keamanan dan menggembok semua sisi kampus agar tidak ada yang bisa masuk maupun keluar. Sayangnya, mereka tidak memiliki kartu identitas resmi sebagai Satpam, bahkan beberapa di antaranya sudah berusia lanjut dan tidak layak secara regulasi untuk bertugas.

Mahasiswa yang hendak masuk kampus untuk berkuliah justru mendapatkan penolakan dan bahkan mengalami intimidasi. Orasi mahasiswa direspons secara represif. Saat mereka berusaha masuk kembali ke lingkungan kampus, bentrok tak terhindarkan dengan kelompok yang diduga kuat sebagai preman yang beroperasi dengan seragam Satpam.

“Ini bukan soal aksi unjuk rasa lagi, ini tentang siapa yang membiarkan kampus diduduki oleh pihak tak berwenang,” ujar salah satu mahasiswa yang enggan disebut namanya.

Hingga kini belum ada penjelasan resmi dari pihak Yayasan RM terkait legalitas pihak-pihak yang menjaga kampus. Namun desakan agar aparat dan otoritas kampus bertindak tegas terus bergema.

Kampus seharusnya menjadi tempat belajar, bukan zona konflik kekuasaan.