BANDAR LAMPUNG (DLO)-Media massa mengolah informasi melalui proses kerja jurnalistik. Dan ini berlaku untuk semua organisasi yang bergerak di bidang penerbitan pers, tanpa terkecuali.
Demikianlah yang disampaikan oleh Pimpinan Redaksi/Penanggung Jawab media ini, yang juga menjabat sebagai, Direktur PT. Duta Lampung Media dan PT. Pena Berlian Lampung, M.Nurullah RS, saat mengadakan rapat redaksi pada Minggu (5/3/2017).
Nurullah menjelaskan, tahapan-tahapan proses kerja jurnalistik yang berlaku dalam media cetak adalah sebagai berikut:
Pertama kata ia, Rapat Redaksi, yaitu rapat untuk menentukan tema-tema yang akan ditulis dalam penerbitan edisi mendatang. Dalam rapat ini dibahas juga mengenai pembagian tugas reportase.
Kedua, Reportase. Setelah rapat redaksi selesai, para wartawan yang telah ditunjuk harus “turun ke lapangan” untuk mencari data sebanyak mungkin yang berhubungan dengan tema tulisan yang telah ditetapkan. Pihak yang menjadi objek reportase disebut nara sumber. Nara sumber ini bisa berupa manusia, makhluk hidup selain manusia, alam, ataupun benda-benda mati. Jika nara sumbernya manusia, maka reportase tersebut bernama wawancara.
“Sedangkan yang ketiga, Penulisan Berita. Setelah melakukan reportase, wartawan media cetak akan melakukan proses jurnalistik berikutnya, yaitu menulis berita. Di sini, wartawan dituntut untuk mematuhi asas 5 W + 1 H yang bertujuan untuk memenuhi kelengkapan berita. Asas ini terdiri dari What (apa yang terjadi), Who (siapa yang terlibat dalam kejadian tersebut), Why (mengapa terjadi), When (kapan terjadinya), Where (di mana terjadinya), dan How (bagaimana cara terjadinya),”jelasnya.
Ke-empat kata Nurullah, Editing, yaitu proses penyuntingan naskah yang bertujuan untuk menyempurnakan penulisan naskah. Penyempurnaan ini dapat menyangkut ejaan, gaya bahasa, kelengkapan data, efektivitas kalimat, dan sebagainya.
Sedanbgkan kelima yakni, Setting dan Layout. Setting merupakan proses pengetikan naskah yang menyangkut pemilihan jenis dan ukuran huruf. Sedangkan layout merupakan penanganan tata letak dan penampilan fisik penerbitan secara umum. Setting dan layout merupakan tahap akhir dari proses kerja jurnalistik. Setelah proses ini selesai, naskah dibawa ke percetakan untuk dicetak sesuai oplah yang ditetapkan.
Teknik Penulisan Berita
Dalam acara rapat redaksi, M. Nurullah juga menjelaskan tentang proses kerja Jurnalistik tentang teknik cara penulisan berita yang benar.
Dia mengatakan, setelah melakukan wawancara, wartawan media cetak akan melakukan proses jurnalistik berikutnya, yaitu menulis berita. Ada dua jenis penulisan berita yang dikenal secara umum, yaitu penulisan straight news dan feature news.
Menurut Nurullah Straight News merupakan teknik penulisan berita yang memiliki ciri-ciri diantaranya yakni, pertama, menggunakan gaya bahasa to the point alias lugas, kedua, Inti berita, yaitu masalah terpenting dalam berita tersebut, tertulis pada alinea pertama. Makin ke bawah, isi berita makin tidak penting. Dengan demikian, dengan membaca alinea pertama saja, atau cuma membaca judulnya, orang akan langsung tahu apa isi berita tersebut.
“Sedanngkan ketiga, jenis tulisan ini cenderung mentaati asas 5 W + 1 H. Dan ke-empat yaitu, gaya penulisan ini biasanya digunakan oleh surat kabar yang terbit harian. Terbatasnya waktu orang-orang membaca koran, membuat para pengelola surat kabar harus menyusun gaya bahasa yang selugas mungkin, sehingga pembaca akan langsung tahu apa isi suatu berita hanya dengan membaca sekilas,”jelasnya.
Nurullah juga menjelaskan dalam tekni penulisan berita juga harus menggunakan jenis tulisan feature News. Feature News masih kata dia memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Pertama, gaya penulisannya merupakan gabungan antara bahasa artikel dengan bahasa sastra, sehingga cenderung enak dibaca.
“Sedangkan yang kedua, Inti berita tersebar di seluruh bagian tulisan. Karena itu, untuk mengetahui isi tulisan, kita harus membaca dari kalimat pertama sampai kalimat terakhir. Ketiga, Asas 5 W + 1 H masih digunakan, tetapi tidak terlalu penting dan Ke-Empat yakni, gaya penulisan ini biasanya dipakai oleh majalah/tabloid yang terbit secara berkala. Pembaca biasanya memiliki waktu yang lebih luang untuk membaca majalah/tabloid, sehingga gaya bahasa untuk media ini dapat dibuat lebih “nyastra” dan “bergaya”, sehingga pembaca merasa betah dan “menikmati” tulisan tersebut dari awal sampai akhir,”katanya. (Farid/Rita).