TELAH LAMA memang kita disuguhi dan menyerap informasi dari media-media mainstream yang menguasai pasar informasi di Indonesia, awalnya kita percaya akan independensi media-media tersebut, namun belakangan ini, terutama saat digelarnya pemilihan presiden keberpihakan dan ketidak objektifan media mainstream mulai jelas terasa.
Fungsi media yang semestinya menjadi alat penyampai berita telah bias menjadi alat propaganda bagi kepentingan-kepentingan golongan tertentu dan berdampak negatif pada cara berpikir masyarakat. Pemberitaan mediapun lalu menjadi timpang, karena berita-berita yang disiarkan lebih cenderung bersifat menyudutkan golongan atau kelompok yang tidak disukai atau tidak seideologi dengan para pemilik media.
Ketimpangan pemberitaan ini lah yang memunculkan perlawanan dengan hadirnya media-media independen baru yang isi beritanya seringkali berbeda dengan berita dari media mainstream. Media-media independen ini lebih banyak berbentuk media online, karena dibuatnya lebih mudah, karena untuk membuat media cetak atau elektronik harus melalui izin dan birokrasi yang sangat ketat.
Kehadiran media-media independen ini tentu saja sangat menguntungkan bagi sebagian besar masyarakat yang membutuhkan berita yang seimbang, setidaknya dengan keberadaan media-media independen tersebut masyarakat memiliki sumber yang berbeda dan bisa dijadikan pembanding sebelum membuat kesimpulan tentang berita yang didapat.
Media-media Independen yang bermunculan cenderung datang dari kalangan Islam, ini bisa dimaklumi karena media-media mainstream dalam pemberitaannya seringkali menyudutkan umat Islam, maka tak heran media-media independen berbasis Islampun bermunculan untuk memberikan perlawanan.
Selain media Independen yang berbasis Islam, bermunculan juga media Independen yang berbasis nasionalisme, media berbasis nasionalisme ini muncul dari kalangan oposisi pemerintah, karena sudah bukan rahasia lagi sebagian besar media mainstream saat ini lebih pro pada pemerintah yang dianggap gagal oleh kalangan oposisi.
Munculnya media-media Independen ini tentu saja membuat perang opini dalam dunia perpolitikan Indonesia semakin panas dan seru, meski dianggap abal-abal tapi pengaruh media independen ini sangat menggigit dan bikin panas dingin lawan-lawannya.
Bahkan sampai paniknya, pemerintah melalui Kominfo dan BNPT pernah memblokir situs-situs Islam yang dituduh pro terhadap terorisme. Namun berkat kerja keras dan perlawanan yang sengit serta bukti-bukti bahwa situs-situs tersebut tidak mendukung terorisme, maka pemblokiran tersebut telah dicabut.
Dengan banyak pilihan sumber berita, masyarakat diharap tidak langsung menelan bulat-bulat berita yang tersebar, masyarakat justru perlu lebih jeli dan mampu menganalisa berita yang diterimanya, jangan sampai masyarakat hanya manut dan membenarkan secara mutlak berita yang datang tanpa mencari pembanding dari sumber yang berbeda. Karena jika masyarakat terbiasa mendapat berita pembanding maka nalarnya lama kelamaan akan terlatih, maka suatu ketika masyarakatpun akan lebih jeli dan kritis dan tidak mudah tergiring oleh propaganda media.(*)