GUNUNG SUGIH – Duta Lampung Online (DLO) – Para pedagang pasar Bandar Jaya Plaza (BJP) Kabupaten Lampung Tengah hingga saat ini masih terus menunggu realisasi rencana renovasi pasar yang dikatakan sebagai pasar termegah di Lamteng. Pasalnya, terhitung hingga Minggu (17/4) kemarin, pasar daerah tersebut pengelolaannnya telah berpindah tangan dari Pemkab Lamteng kepada PT. Pandu Jaya Buana (PJB) sebagai pihak pengelola.
Namun nyatanya sampai berita ini diturunkan, disekitar lokasi pasar BJP belum terlihat ada kegiatan apapun, sedangkan pada penanda tanganan Memorandum of Understanding (MOU) antara PT. PJB dengan Pemkab Lamteng tanggal 17 Maret 2016 lalu, Bupati Lamteng Hi. Mustafa menyampaikan bahwa pasar ini akan segera berubah menjadi pasar megah setingkat Mall.
Karena hingga Minggu (17/4) kemarin belum terlihat ada kegiatan dari pihak pengelola ataupun pengembang, yang berencana akan mengubah wajah pasar ternyata belum juga terealisasi, wajar saja jika sejumlah pedagang di pasar ini meragukan kemampuan pihak PT. PJB dapat segera mewujudkan rencana tersebut.
Seperti dikatakan Ariyadi AS. (40) salah satu pedagang tas saat ditemui toko miliknya kemarin, para pedagang meragukan kemampuan pihak perusahaan pemenang tender yakni PT. PJB untuk segera melaksanakan pembangunan pasar tersebut, dikarenakan hingga saat ini belum ada pelaksanaan untuk pembangunannya.
“Yang jelas sampai saat ini belum ada gerakan untuk pelaksanaan pembangunan pasar ini mas. Sudah satu bulan terhitung dari serah terima dan MoU yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah kepada PT. Pandu Jaya Buana. Jadi saya kira wajar sajalah para pedagang menegur dan mengingatkan. Ini bukan kita bermaksud menghujat mereka (PT. PJB-red),” ujarnya.
Ariyadi menambahkan, yang sempat membuat para pedagang pasar disana terhenyak kaget, sebelum dilakukan serah terima dan MoU antara Pemkab Lamteng dengan pihak PT. PJB, tidak pernah ada sosialisasi atau informasi atau sejenisnya terlebih dulu kepada seluruh pedagang yang ada dipasar ini.
“Jadi sebagian besar pedagang yang ada dipasar ini tidak mengetahui serah terima dan MoU nya. Hanya disaksikan dan disetujui oleh beberapa pedagang saja dan tidak menyeluruh. Kalau harapan para pedagang didalam pembangunan pasar ini, semua bisa tertata dan berjalan dengan baik sesuai rencana dan keinginan dari para pedagang,” harapnya, seperti dilansir haluanlampung.com.
Hal senada dikatakjan Asti Novianti (30), mestinya sebelum perusahaan pengelola pasar yang baru ini berencana lebih jauh, mestinya terlebih dulu memperhatikan yang lainnya dan yang ringan-ringan saja. Seperti memperbaiki saluran drainase yang mampet, memperbaiki atap yang telah bocor, menyediakan generator set sebagai antisipasi saat pemadaman listrik PLN terjadi.
“Gimana mau merubah pasar tradisional ini menjadi pasar modern, sementara kerusakan yang ringan-ringan saja belum diperbaiki. Maunya kami (para pedagang-red), sebelum pembangunan pasar ini berjalan, seharusnya pihak perusahaan terlebih dulu memperbaiki fasilitas yang ada disekitar pasar,” pungkas Asti, (wan/bur),(*).