Bandarlampung (Duta Lampung Online)- Bebebrapa hari lalu, Bupati Kabupaten Lampungtengah, Ir.DR.H. Mustafa, SH,.MH, berhasil mengungkap anjlok nya hasil panen singkong milik petani Lampung yang disebabkan oleh faktor utama yakni pihak pabrik tapioka mengimpor singkong dari vietnam.
Dari kejadian tersebut membuktikan pihak perusahaan yang mendirikan usaha didaerah Provinsi Lampung tidak berpihak pada masyarakat dan diduga kuat hanya mengeruk keuntungan untuk kepentingan pribadi pemilik perusahaan dan golongan.
Belum lagi pihak perusahaan diduga kuat pula tidak memperhatikan dampak lingkungan (Amdal) dalam pengelolaan limbah pabrik tepung tapioka. Sehingga berdasarkan keterangan sejumlah warga yang bermukim dan memanfaatkan Sungai Way Sekampung terkena dampak limbah beracun yang disinyalir akibat tercemari oleh limbah kimia milik perusahaan tapioka.
Terbukti, pada beberapa waktu lalu warga digegerkan dengan matinya ikan-ikan yang ada dialiran sungai Waysekampung, diduga kuat kematian ikan-ikan tersebut akibat tercemari oleh limbah beracun milik perusahaan tapioka.
Kejadian tersebut juga langsung mendapat perhatian khusus dari, Kepala Dinas Kesehatan Lampung Timur, dr Evi Darwati dan langsung meninjau sungai way sekampung di Dusun 1, Desa Asahan Kecamatan Jabung.
Berdasarkan keterangan Camat Jabung, Ridwan mengatakan, di dusun tersebut mayoritas peduduk yang bermukim banyak bekerja sebagai nelayan darat tradisional.
Dia mengatakan, akibat kejadian tersebut pihaknya bersama Kepala UPTD Puskesmas Jabung dr. Sanggam Simanjuntak beserta petugas kesehatan linkungan puskesmas jabung dan puskesmas Adirejo, Harto Adirejo, juga langsung meninjau kelokasi melihat kondisi ikan yang mati akibat sungai yang tercemari oleh limbah.
Dia mengatakan, pihak dinas kesehatan mengkhawatirkan terjadinya keracunan makanan akibat mengkonsumsi ikan dari sungai yang tercemar. Sebab masih kata dia gejala keracunan makanan yang sering terjadi setelah mengkonsumsi ikan tersebut rasa pening, sakit kepala, muntah muntah dan diare.
“Tapi sejak sungai sering tercemar masyarakat setempat menyadari dan berhati hati untuk memilih ikan yang akan di konsumsi dan dijual. Kami menyarankan untuk tidak menangkap ikan yang sudah mati ataupun setengah mati alias pening pening. Selama ikan yg ditangkap dalam kondisi hidup dan segar, ikan ikan tersebut aman untuk dikonsumsi,”ujarnya.
Dikesempatan yang sama, kepala dinas kesehatan setempat, dr Evi Darwati langsung melakukan dialog dengan dua puluhan orang nelayan setempat. Dalam dialog tersebut warga sangat mengeluhkan kondisi sungai yang semakin hari semakin buruk dan semakin sering di lewati limbah pabrik.
Seperti yang diungkapkan oleh Ketua Nelayan kampung setempat, Mashur sebelum tahun 2014, sungai tersebut hanya sekali setahun tercemar limbah. Namun masih kata ia, semakin hari-semakin sering.
“Dalam bulan puasa ini sudah tiap minggu. Terakhir pada hari H lebaran ini. Ketika sungai tercemar kami tidak bisa turun, karena air sungai berwarna hitam, berbuih, bau menusuk hidung, pedas perih di mata,”ungkapnya.
Mashur menceritakan, pada tahun 2014 pihaknya masih bisa menangkap ikan dengan pendapatan rata-rata 10 kg/hari, namun hingga tahun 2016 akibat sungai tercemar hanya mendapat 3 kg/hari.
“Itupun masyarakat harus susah payah dengan menjelajahi sungai sampai ke pinggir laut,”keluhnya.
Menanggapi keluhan warga Kadiskes setempat, Evi Darwati, mengaku sudah pernah mendapat pengaduan dari salah satu LSM, dengan membawa hasil uji sampel air Limbah yang ada di Lamtim bersama pihak BLH. Menurutnya hasilnya sama degan limbah salah satu pabrik yang berada di Sekampung Udik.
“Sudah pernah diusut, tapi entah kenapa pencemaran tetap berlanjut,”tegasnya.
Sejumlah nelayan khawatir, nasib sungai sumber kehidupan mereka akan bernasip sama seperti sungai Ciujung di Serang, karena pemerintah daerah tidak menindaklanjuti secara serius masalah pencemaran sungai, Ikan-ikan sudah punah dan tidak ada lagi yang bisa di pancing sehingga mereka juga hawatir akan kehilangan sumber mata pencaharian dan hilang sumber makanan pokok.
Para nelayan Dusun 1 Desa Asahan, Kecamatan Jabung berharap kepada pemerintah daerah (pemkab) Lamtim peduli untuk menyelamatkan sungai Way Sekampung, menyelamatkan perekonomian rakyat, melestarikan sungai way sekampung sebagai pemasok ikan baung terbesar untuk Kota Metro dan sekitarnya.
Terpisah, sejumlah warga juga mengatakan, kegiatan menabur bibit ikan di Waysekampung, yang dilakukan oleh Bupati Kabupaten Lampungtimur, Chusnuni Chalim beberapa waktu lalu dianggap sia-sia jika pihak pemerintah daerah tetap membiarkan pihak perusahaan tapioka membuang limbah beracun disungai tersebut.
“Selain itu, keberadaan pabrik tapioka sudah tidak layak lagi ada ditempat tersebut. Mengingat saat ini lokasi pabrik sudah padat penduduk. Akibatnya bau busuk dan menyengat sangat mengganggu kesehatan warga,”ujar salah satu warga setempat yang enggan ditulis namanya.
Apalagi masih kata narasumber, pihak perusahaan dinilai tidak pro rakyat, nyatanya singkong yang di oleh menjadi tepung tapioka bahan baku singkong nya diimpor dari vietnam.
“Lampung kan gudang singkong. Dibanding dengan vietnam Lampung lebih besar memproduksi hasil pertanian singkong. Kok bisa pihak perusahaan impor dari vietnam, ini ada apa dengan perusahaan,”pungkasnya.(Tim).