Duta Lampung Online (DLO) – Sejumlah perajin kopi luwak di Kabupaten Lampung Barat menyebutkan produksi kopi premium mereka mulai meningkat sehubungan panen kopi mulai berlangsung di daerah itu.
“Sekarang baru permulaan panen kopi, dan puncaknya diperkirakan Juni sampai Agustus. Karenanya, kita mampu tingkatkan produksi kopi luwak untuk memenuhi permintaan pasar,” kata Kabid Mutu Gabungan Kopi Luwak Robusta (GKLR) Lampung Barat, Sukardi, saat dihubungi Antara.com dari Bandarlampung, Senin (23/5).
Ia menyebutkan para perajin kopi luwak mulai berproduksi, karena bahan bakunya, yakni buah kopi matang, sudah terpenuhi. Dalam sebulan, sekitar 10 perajin kopi luwak aktif yang bergabung dalam GKLR Lampung Barat mampu memproduksi sedikitnya 500 kg biji kopi luwak atau 300 kg bubuk kopi luwak.
“Produksi bisa digenjot untuk permintaan pasar. Produksi selalu kami sesuaikan dengan permintaan pasar karena terkait biaya produksinya,” kata perajin kopi luwak dengan merek Kupi Musong Liwa itu.
Ia sendiri mampu memproduksi biji kopi luwak sekitar 100 kg dalam sebulan, dan setiap bulan rutin memproduksi 50 kg kopi luwak.
“Pesanan masih langsung ke perajin, belum melalui asosiasi. Meski demikian, mutu tetap kita jadikan sebagai prioritas dalam memproduksi kopi luwak,” katanya.
Harga kopi luwak robusta di Jakarta dalam bentuk biji (greenbean) mencapai Rp500 ribu/kg, sedang biji kopi goreng (roastbean) mencapai Rp1 juta/kg. Di Lampung Barat, harga biji kopi luwak Rp300 ribu/kg dan kopi goreng Rp450 ribu/kg.
Perkebunan kopi di Kabupaten Lampung Barat umumnya ditanami dengan tanaman kopi robusta, karena kopi arabika kurang cocok dibudayakan di daerah itu. Karenanya, hanya sebagian kecil tanaman kopi arabika yang dibudidayakan, dan tumbuh pun hanya di beberapa lokasi saja.
Sementara itu, Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Provinsi Lampung mengharapkan para perajin kopi luwak di daerah itu meningkatkan produksi dan mutunya karena hingga saat ini permintaan kopi kategori premium tersebut tetap tinggi.
“Perajin kopi luwak Lampung dapat meningkatkan produksi maupun mutu, termasuk mencari pangsa ekspor sehingga permintaan atas kopi premium itu tinggi,” kata Ketua Kompartemen Renlitbang AEKI Lampung Muchtar Lutfie.
Selain itu, katanya, peran pemerintah daerah juga dibutuhkan untuk mempromosikan kopi bernilai jual tinggi tersebut ke sejumlah negara, antara lain melalui pameran dan penyebaran pamflet. Dia mengakui hingga saat ini ekspor kopi luwak dari Provinsi Lampung masih rendah. (*)