Duta Lampung Online (DLO) – Sejak pemerintah mencanangkan Program Seribu Desa Mandiri Benih Padi tahun 2015 lalu telah berdampak positif terhadap penggunaan benih bermutu di tingkat petani. Apalagi benih merupakan salah satu paket teknologi yang penting peranannya dalam budidaya tanaman padi.
Benih yang baik (bermutu dan bernas) akan tumbuh dengan baik sesuai dengan potensi genetiknya. Pada akhirnya menghasilkan produksi yang tinggi. Sebaliknya benih yang kurang baik akan tumbuh seadanya dan hasilnya pun jauh dari kata memuaskan.
Sayangnya pada tahun ini di Kabupaten Pinrang program tersebut belum sepenuhnya berjalan dengan baik. Masih ada beberapa desa yang belum mampu menjalankannya. Faktornya, kawasan mandiri benih tersebut rawan kekeringan dan banjir, tingginya serangan hama dan penyakit. Selain itu masih rendahnya SDM dalam menciptakan suatu benih bermutu, seperti dilansir Sinar Tani, Selasa (7/6).
Salah satu desa atau kelurahan yang mendapat program Seribu Desa Mandiri Benih adalah Kelurahan Cempa, Kecamatan Cempa, Kabupaten Pinrang. Di kabupaten tersebut ada empat kawasan yakni Kecamatan Watang Sawitto, Duampanua, Cempa dan Mattiro Bulu.
Program seribu desa mandiri benih di Kelurahan Cempa ditangani Anas Tika sebagai direktur. Terlihat saat Kepala BP3K Cempa, H. Ganepo, SP dan beberapa penyuluh pertanian Kecamatan Cempa mengadakan kunjungan ke gudang penyimpanan benih milik Anas Tika. Dalam gudang tersebut terdapat kemasan benih varietas Inpari 4 yang siap didistribusikan ke petani.
Anas Tika mengakui, masih ada beberapa kendala yang ditemui dalam penanganan benih. Misalnya, sulitnya menjaga kemurnian benih karena penangkar menggunakan combine harvester untuk panen. Di dalam alat mesin pertanian (alsintan) tersebut terkadang masih tersisa benih padi varietas lain, sehingga akan tercampur dengan benih dari penangkaran tersebut.(*)