Pati, ( Duta Lampung Online )-Bener saja, dalam hidup ini tidak cukup. Musti harus bener dan pener. Membela teman yang terbunuh, lalu berupaya menuntut keadilan musti dengan cara yang adil pula. Dan Adil itu adalah nama Allah yang demikian luhur. Sehingga melahirkan multi tafsir.
Maka menuntut keadilan itu butuh kearifan.

Butuh empan papan atau Tempat yang tepat . Dan butuh strategi yang rapi. Tanpa koordinasi yang baik, disertai sikap tenggang rasa yang longgar, kita justru berperilaku tidak adil.
Selasa malam, di pesantren Soko tunggal Abdurahman Wahid. Setelah sholat magrib di adakan acara Taubatan Nasokha. sholat daf’ul balak, dan mujahadah serta riyadloh.
Serangkaian dzikir panjang itu, dengan bacaan wirid khusus pula. Anak anak santri PGN dan GMBI diajak muhasabah fi lautan kearifan hati. Menghina dan menitik air mata tanpa terasa karena memasuki malam khusus tanpa batas.
Pengakuan kesalahan diri. Kelemahan dan ketergantungan akan sandaran Illahiyah menjadi pemicu penghambaan diri.
Kebenaran diri yang subyektif di buang jauh jauh. Agar tidak sombong dan merasa benar sendiri. Semua itu sebagai refleksi ‘Al insanu mahalul khotoq wanusian” bahwa: manusia itu tempat nya lalai dan lupa.
Kulillahuma fathiros samawati wal ardhi, alimul ghoibi wasy syahadati, anta tahkumu baina ibadika fima kanuu fihii yahtalifun Semoga anak anak GMBI di selamatkan Allah.Pak Polisinya juga di berikan kesabaran.(Sholihul).
Sumber : Gus Nuril
Editor. : Sholihul



















