Melalui Perjuangan Tim Relawan Berhasil Donasikan Bantuan di Kuala Mesuji

0
271
Pengarang buku Maafkan Aku Kuala mesuji, Fajar, menyerahkan bantuan kepada anak-anak Kula.

Mesuji ( Duta Lampung Online)- Melalui perjuangan yang luar biasa melewati medan jalan yang berlumpur dan berkubang untuk menuju lokasi, ahirnya tim relawan berhasil menyerahkan bantuan alat praga kepada anak-anak Kuala Mesuji, pada Senin (12/12/2016).

15349752_1806308719631712_2148204300613958123_nTim relawan yang dipimpin oleh pengarang buku legendaris dan seniman Duta Perdamaian Dunia asal Lampung yakni, Fajar- Kim Commanders, langsung menyerahkan bantuan tersebut kepada salah satu dewan guru, Ernawati.

“Degan perjuangan yang luar biasa proses pengiriman donasi ke Kuala Mesuji oleh team Relawan, akhirnya sampai juga dengan selamat diterima langsung oleh ibu Ernawati sang guru yang sudah mengabdikan dirinya selama 20 Tahun mengajar anak-anak Merah Putih tanpa pamrih,” salah satu warga setempat, Sulistiana Darsum.

Sulistiani mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada tim relawan, yang telah meluangkan waktunya serta sodakoh kepada anak-anak serta dewan guru di Kula Mesuji.15349622_1806308626298388_3113554322879897773_n

“saya mengucapkan terimakasih yang tak terhingga buat mas Fajar, mas Kim Commanders dan sahabat-sahabat Alumni SMAN3 Bandar Lampung yang ga bisa saya sebutkan satu persatu, telah meluangkan waktu serta sedakohnya. Semoga bantuan tersebut bisa bermanfaat buat mereka, rasa haru yg sulit diungkapkan hanya kepada Allah YME yang akan membalas kebaikan sahabat-sahabat ku semuanya, sungguh tanpa sadar saya menitikkan air mata ter haru,”ungkap Sulitiani.15421014_1806308582965059_7592143945253344098_n

Terpisah, seperti dilansir dari, Duajurai.com, Tim relawan yang membawa bantuan dermawan untuk  SDS Kuala Sidang, Kecamatan Rawajitu Utara, Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung, harus melewati medan ekstra berat untuk sampai ke lokasi. Dipimpin musisi Kim Commanders dan Fajar, novelis asal Mesuji, tim harus menempuh perjalanan selama 12 jam dari Bandar Lampung menggunakan mobil dilanjutkan perahu pada Minggu, 11/12/2016.

Medannya cukup mengerikan. Kami lewat KTM (Kota Terpadu Mandiri) Mesuji, sebab kalau lewat Simpang Penawar kondisi jalannya jauh lebih parah. Memang akhirnya perjalanan jadi lebih jauh menuju Rawajitu Utara,” kata Kim, senin, 12/12/2016.

Di Mesuji, tutur Kim, mobil yang membawa bantuan dan para relawan bahkan sempat terjebak di jalan yang berkubang lumpur cukup dalam. Dari Rawajitu Utara, untuk sampai ke lokasi barang-barang bantuan dan tim relkawan harus melanjutkan perjalanan menumpang perahu.15400893_1826684207610373_2412642183419663635_n

Alhamdulillah kami sampai dengan selamat. Bantuan sudah diserahkan dan diterima Bu Ernawati mewakili pihak sekolah.Sekarang kami sudah tiba kembali di Bandar Lampung,” lanjut pria dengan nama asli Lukman Hakim ini.

Kim menjelaskan bantuan yang diserahkan meliputi uang Rp32 juta, serta 28 dus berisi buku, pakaian seragam, tas, dan perlengkapan sekolah lainnya.

“Masih ada uang Rp10 juta hasil penjualan novel Maafkan Aku Kuala Mesuji karya Fajar. Uangnya masih di penerbit novel. Insya Allah dalam waktu dekat sudah ada sehingga bisa digunakan untuk menambah dana renovasi bangunan sekolah,” beber Kim.

 Bantuan yang diserahkan merupakan sumbangan dari para dermawan yang bersimpati dengan kondisi SD Kuala Sidang. Pemberitaan mengenai getirnya kondisi sekolah di daerah terpencil tersebut meruyak di berbagai media sejak pekan ketiga November 2016.

Kondisi SD Kuala Sidang demikian menyedihkan. Sudahlah lokasinya terpencil, sekolah swasta yang berada di wilayah perbatasan Kabupaten Mesuji dan Tulangbawang itu kondisi bangunannya sangat buruk, jauh dari gambaran fisik sekolah pada umumnya. Fasilitas dan sarana belajar mengajar juga sangat minim.bantuan-sd-kuala-sidang3

Diceritakan Kim Commanders, banyak siswa tak memiliki seragam, buku pelajaran terbatas, dan meja kursi yang tak mencukupi.

“Ada enam kelas yang kesemua dindingnya terbuat dari papan yang sebagian besar sudah lapuk. Dari enam kelas, kini hanya dua yang bisa digunakan karena kelas-kelas lainnya sudah rusak berat dan rawan roboh. Atapnya hanya dari pelepah daun kelapa. Lantainya pun terbuat dari papan yang juga sudah banyak keropos dan lapuk,” beber Kim.

Saking buruknya kondisi bangunan dan fasilitas belajar mengajar, banyak siswa yang akhirnya pindah. “Dari semula ada sekitar 135 siswa, sekarang tersisa puluhan orang saja. Mereka ada dari kelas satu sampai kelas enam. Mereka belajar secara bergantian,” tuturnya prihatin.(*).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here