Litbang Temukan Kopi Luwak Proses Fermentasi Probiotik

0
239
Kopi Luwak Tanpa Termakan Binatang Luwak

Duta Lampung Online (DLO) – Jika selama ini kopi luwak diolah dari kotoran luwak, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali justru membuatnya dari fermentasi probiotik.

“Kita olah biji kopi arabica dengan mikroba probiotik dari saluran cerna hewan luwak, yaitu mikroba yang ada di usus halus dan usus buntu,” tutur peneliti dari BPTP Bali, Ir. Suprio Guntoro ketika memaparkan hasil penelitiannya di Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta, seperti dilansir dari Sinar Tani, Kamis (19/5).

Suprio menjelaskan di dalam saluran cerna luwak terdapat 3 mikroba yang melakukan proses fermentasi biji kopi yakni mikroba Lactobacillus, Bividoformes dan Bividobacterium. “Rata-rata per cc terdapat 10 juta mikroba probiotik tersebut,” tuturnya.

Berbeda dengan pembuatan kopi luwak tradisional, biji kopi yang telah masak kemudian dicampurkan dengan larutan mikroba probiotik. “Kita campurkan sebanyak dua kali karena dari proses alami setidaknya ada dua kali proses pengolahan dalam perut luwak. Lama proses fermentasi ini sekitar 12 hari,” jelas Suprio.

Hasil dari pengolahan kopi luwak ini sudah diuji coba rasa oleh penikmat kopi di Bali. Menariknya, rasa kopi yang dihasilkan lebih kuat daripada kopi luwak konvensional.

Berbeda dengan kopi luwak konvensial, kopi ini memiliki kandungan asam organik yang berguna bagi manusia. “Ada dua asam organik yakni asam butirat dan asam laktat,” tuturn Suprio.

Asam butirat mempunyai manfaat untuk menekan stress, mencegah kanker usus hingga mencegah terjadinya peradangan di saluran cerna.

“Dengan adanya teknologi ini, pengembangan specialty kopi luwak bisa lebih ditingkatkan produksinya,” tutur Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, M.Syakir.

Kabadan juga menambahkan adanya teknologi ini juga bisa diprogram produksinya sesuai kebutuhan. Selain itu juga proses produksinya lebih ramah lingkungan karena tidak perlu memelihara luwak.

Teknologi produksi kopi luwak ini bisa diterapkan dalam skala besar dengan beragam jenis kopi. “Selama ini kopi luwak diolah dari biji kopi arabica saja. Mungkin suatu saat nanti bisa gunakan kopi robusta dengan teknologi ini,” harap Suprio.

Sehingga, teknologi ini bisa melibatkan berbagai pihak mulai dari petani sebagai penyedia bahan baku yang bermutu, pihak swasta atau koperasi sebagai pengolah, hingga pengusaha yang bergerak di pemasaran. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here