Duta Lampung Online (DLO)- Pada panen musim tanam pertama (rendeng) ini, para petani padi di Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba) menghawatirkan harga gabah yang terus mengalami penurunan hingga akhir panen nanti. Mengingat tahun-tahun sebelumnya, belum genap satu bulan musim panen harga gabah basah di tingkat petani anjlok drastis hingga mencapai 20% -30% dari harga di awal panen.
Turunnya harga gabah basah di tingkat petani ketika musim panen bukanlah hal yang baru bagi petani, sebab hal itu selalu terjadi setiap tahunnya. Maka tak heran jika hal itupun (harga) dianggap juga oleh petani sebagai ‘musiman’, karena musim panen padi selalu diiringi dengan musim turunnya harga gabah.
Untuk itu, para petani berharap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tubaba melalui instansi terkaitnya dapat berupaya mengendalikan serta menjaga stabilitas harga gabah hasil panen petani, agar pendapatan petani sesuai dengan yang diharapkan. “Setiap tahun mas selalu terjadi, kalau awal panen memang cukup tinggi, tapi mulai pertengahan sampai mendekati masa akhir panen pasti semakin turun harganya,” ungkap Sumar (34), seorang petani di Kecamatan Tulang Bawang Udik, Minggu (12/3).
Sebagai petani, Dia dan petani lainnya tentu selalu berharap harga gabah bisa stabil, karena musim panen seperti saat ini sangat dinanti-nanti, terlebih bagi mereka yang hanya mengandalkan panen padi sebagai sumber pendapatannya.”Kalau harganya bagus, pendapatan petani pasti meningkat, bahkan sebagian hasilnya kemungkinan bisa disisihkan untuk kebutuhan lainnya atau bisa juga disimpan sebagai tabungan. Yang jelas, panen ini sangat kami harapkan,”sambungnya.
Hal senada juga dikatakan oleh Sukar (45). Menurutnya, para petani tidak bisa berbuat apa-apa meskipun harga gabah turun. Tak ada pilihan selain petani tetap menjual hasil panennya. Sebab, tak jarang pula petani yang mengambil pinjaman (hutang) untuk modal menanam padi diareal persawahannya, baik dalam bentuk uang atupun barang seperti pupuk misalnya.
“Kalau tidak dijual bagaimana mas, kan panen seperti ini memang sudah ditunggu-tunggu. Jika tidak dijual, bagaimana mencukupi kebutuhan lainnya dan ada juga mas yang menjual padinya untuk melunasi hutang yang dipinjam untuk modal tanam. Jadi, walau harganya rendah ya terpaksa kami jual sebagian bahkan kadang seluruhnya,”cetus dia.
Untuk itu, pemerintah dalam hal ini diharapkan dapat memberikan solusi, khususnya dalam hal mengendalikan harga gabah agar tetap stabil, sehingga penghasilan para petani dapat meningkat dan lebih sejahtera lagi.”Yang jelas, harus ada solusi dari pemerintah atau instansi terkait. Kami berharap, musim rendeng ini harga gabah semakin baik, bukan menurun. Paling tidak harganya dapat tetap stabil selama musim panen ini, jangan justru berangsur-angsur turun,”tukasnya.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun, harga gabah basah diawal musim panen rendeng ini sempat mencapai Rp. 4.000 perkilogram, tapi saat ini sudah turun dikisaran antara Rp. 3.500 – Rp.3.700. Sementara untuk beras, harganya saat ini berkisar Rp. 8.000- Rp. 8.500 perkilogram . Baik harga gabah ataupun beras ini tetap disesuaikan dengan jenis dan kualitasnya.