JAKARTA, (Duta Lampung Online) – Ketua Umum (Ketum), Dewan Pimpinan Pusat (DPP), Persatuan Wartawan Duta Pena Indonesia (PWDPI), M.Nurullah RS Beberapa bulan jelang Pemilihan Presiden cuti agar fokus ikut serta memenangkan pasangan Prabowo-Gibran bersama relawan lainnya.
Ketum PWDPI yang juga sebagai pengurus DPP Bara JP ini juga mengaku tidak sia-sia perjuangkan pasangan Prabowo-agibran sehingga pada penghitungan cepat pasangan tersebut menang telak dan Pilpres dipridiksi hannya satu putaran. Sebab pasangan Prabo-Gibran peroleh suara hampir 60 persen.
“Kemenagan Prabowo-Gibran adalah kemenangan rakyat Indonesia tanpa ada rekayasa.Karismatik Prabowo dan Gibran memang sangat luar biasa sehingga masyarakat Indonesia jatuh hati dengan mereka berdua,”ungkap Ketum PWDPI usai mengikuti deklarasi kemenangan Prabowo-Gibran di Istora Senayan Jakarta, pada (14/2/2024) malam.
Ketum PWDPI sepakat apa yang disampaikan oleh Prof Dr Jimly Assiddiqie, jika pencalonan Cawapres Gibran adalah takdir dari sang pencipta.
Pasalnya masih kata Ketum PWDPi, Gibran Rakabuming Raka benar-benar terpilih sebagai wakil presiden di Pemilu Rabu Pasangan Prabowo-Gibran menang telak: hampir 60 persen.
“Itulah bagian dari takdir Gibran: usia 36 tahun terpilih sebagai wakil presiden. Orang pun mulai bicara, Gibranlah presiden Indonesia lima tahun mendatang. Lalu lima tahun berikutnya lagi. Saat berhenti sebagai presiden 15 tahun yang akan datang usianya masih 51 tahun,”kata Nurullah.
Dia menjelaskan pada saat usia Gibran memasuki 51 tahun maka Saat itu nanti usia Anies Baswedan 70 tahun. Segitu juga usia Ganjar Pranowo.
“Ini Di luar dugaan. Pasangan Anies-Muhaimin Iskandar hanya menang di Aceh dan Sumbar. Di Jakarta masih imbang. Demikian juga di Riau. Yang juga mengejutkan adalah hasil pasangan Ganjar-Mahfud MD, hanya sekitar 17 persen. Kalah jauh dari Anies yang sekitar 26 persen,”ujarnya.
Jateng dan Bali pun masih kata, Ketum PWDPI jebol, untuk Pilpres. Tapi perolehan suara PDI-Perjuangan masih tetap jaya di dua basisnya itu. Ini pertanda mereka yang cinta PDI-Perjuangan belum tentu memilih Ganjar-Mahfud.
Ketum PWDPI Mengungkapkan Yang kelihatan meleset dari perhitungan adalah PSI, bisa tidak lolos ambang batas parlemen. Jelas sekali penyebabny, saat putra kedua Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep, menjadi ketua umum PSI, Pemilu sudah di depan mata. PSI sudah menetapkan calon-calon anggota DPR-nya. Caleg-caleg yang kurang punya daya tarik tidak bisa diganti.
“Awalnya, kata Jimly di podcastnya Wahyu Muryadi, Jokowi ingin Prabowo berpasangan dengan Ganjar. Keduanya sering diajak ke sawah. Tapi Megawati tiba-tiba mengumumkan Ganjar sebagai capres. PDI-Perjuangan kan pemenang Pemilu, masak hanya di posisi Cawapres,”imbuhnya.
Dia mengatakan, setelah Ganjar jadi capres, semua partai anggota koalisi pemerintah mengincar posisi cawapres. Golkar mengajukan Airlangga Hartarto, ketumnya. PAN mengajukan Erick Tohir. Demokrat mengajukan AHY. PKB mengajukan Muhaimin. Koalisi terancam pecah. Sudah pecah kecil, Muhaimin ke Anies.
“Mulailah dicari cawapres alternatif. Yang bisa membuat semua partai bersatu kembali, disebutlah nama Gibran. Ahirnya Berhasil dan itu Bagian dari nasib baik anak pertama Presiden Jokowi. Pemilu sudah berlalu. Tentu masih akan ada perlawanan hukum dan politik. Tapi selisih perolehan suara yang begitu besar apakah masih perlu dipersoalkan. Bila suara Anies dan Ganjar digabung pun belum menyamai perolehan Prabowo-Gibran,”tegasnya.
Dia menambahkan Indonesia perlu move on. Waktunya Indonesia mulai kerja lagi. Sisi baik dari terpilihnya Prabowo-Gibran adalah, kita tidak perlu melewati masa yang disebut mayat berjalan. Prabowo-Gibran baru akan dilantik lebih enam bulan lagi.
“Selama penantian itu pemerintah yang sekarang tetap bisa kerja keras. Bayangkan kalau yang terpilih Anies atau Ganjar, maka pemerintah seperti mayat yang berjalan.Prabowo sendiri tampil sejuk tadi malam. Baju kotak-kotak biru mudanya terlihat sederhana. Demikian juga Gibran. Dengan baju yang sama. Tanpa dikancing. Kaus dalam warna hitamnya mencerminkan penampilan mudanya,”imbuhnya.
Pada Acara deklarasi di Istora Senayan, Jakarta begitu meriah dipadati oleh para pendukung, Bukan perayaan kemenangan tapi meriah. Prabowo menyebut nama-nama tokoh yang hadir. Termasuk menyebut nama mantan istrinya, Titiek Soeharto serta putra semata wayangnya dan pengawalnya yang sangat familier dikalangan kaum hawa yakni, Mayor Teddy.
“Saat nama Titiek dan Mayor Teddy disebut, ruang Istora menggema tupuk tangan serta sorakan dan Teriakan. Mereka memberi semangat agar keduanya rujuk kembali, Tidak henti-hentinya,”ujarnyam
Prabowo tampak berseri. Titiek tampak berdiri, melambaikan kedua tangan kepada mereka. Bahkan akhirnya kedua tangan itu seperti membentuk doa agar permintaan massa itu dikabulkan Tuhan.
“Prabowo memang tetap menduda. Pun ketika sudah 25 tahun bercerai. Demikian juga Titiek. Tidak kawin lagi. Keduanya memang bercerai bukan karena saling sakit hati. Itu adalah perceraian politik. Semoga politik juga yang menyatukan mereka kembali. Toh hubungan keduanya tidak pernah jauh. Titiek masih sering terlihat di rumah Prabowo,”katanya.
Ketum PWDPI berharab setelah Pemilu berlalu, Memang belum ada ucapan selamat dari Anies maupun Ganjar, Setidaknya tidak ada klaim kemenangan dari mereka.(Tim).