KALIANDA (Duta Lampung Online) – Jelang panen raya, harga jagung justru terus merosot. Bahkan sepekan terakhir, harga jagung anjlok di sejumlah gudang di sepanjang Pesisir Timur Kabupaten Lampung Selatan, dari Rp4.300 per kilogram, kini hanya kisaran Rp3.300-Rp3.400 per kilogram dengan potongan kadar air yang cukup tinggi hingga mencapai 50 persen.
Seperti yang diungkapkan salah seorang karyawan pabrik jagung di Jalinpantim Bambukuning kecamatan Ketapang, Lampung Selatan, Masuri (50) kepada lampost.co, Jumat, 27 Maret 2020.
“Hari ini harga jagung turun lagi menjadi Rp3.300 per kilogram dengan potongan kadar air tertinggi bisa mencapai 50 persen. Harga jagung dipastikan akan terus turun seiring masuk musim panen,” kata Masuri.
Penurunan harga ini tentunya tidak menguntungkan bagi petani. Apalagi upah buruh saat ini semakin tinggi. “Kalau potongan kadar air bisa sampai 50 persen. Artinya harga bersihnya cuma Rp1.700 per kilogramnya. Harga ini tentunya membuat petani bakal merugi,” keluh Suko, petani jagung sekaligus pengepul jagung di Desa Sri Pendowo, kecamatan Ketapang, Lampug Selatan.
Terlebih, perusahaan jagung milik PT Japfa Confeed yang ada di jalinpantim simpanglima Ketapang yang membeli hasil panen petani lebih tinggi dibanding gudang lain membatasi oembelian dengan alasan yang tidak pasti.
“Kadang tutup kadang buka. Pembatasan pembelian jagung di Comfeed membuat petani jagung makin terpuruk, ” katanya.
Untuk itu, Ia berharap pemerintah turun tangan mengenai permasalahan harga supaya tidak anjlok dan petani aman. “Kami harap pemerintah merespon keluhan petani mumpung baru masuk musim panen. Supaya harga ini bisa menguntungkan dan ada semangat dari petani untuk tetap budidaya jagung,” harap Suko.
Hal senada diungkapkan Andi, – petani jagung di Desa Bangunrejo, kecamatan Ketapang, Lamsel. Ia mengaku mengalami kerugian jutaan rupiah per hektar setelah harga anjlok.
Menurut dia, membutuhkan uang Rp 5 juta per hektar, mulai musim tanam sampai panen. Sementara saat ini buruh kupas jagung Rp 7ribu per sak per orang, upah jahit hingga ongkos ojek kian melambung. “Setidaknya saat panen kami mengeluarkan biaya Rp 14 ribu sampai Rp 15 ribu per karungnya,” kata Andi.
Kebutuhan lainnya, petani juga harus membeli karung Rp 3.000 per buah. “Apabila harga jagung setelah dipotong kadar air cuma Rp 2ribu/kg, maka kami mengalami kerugian lumayan besar, ” pungkasnya.(Rilis)