Tanggamus,(Duta Lampung Online)-Taman pendidikan Islam(TPI) Raudhatul Husna keluhkan tempat yang sampai saat ini masih menumpang di madrasah ibtidaiyah negeri 2,purwodadi, kecamatan Gisting,Tanggamus,
Mengingat semakin banyaknya santri yang menuntut ilmu agama di TPI ini di mana jumlah santri mencapai 124 santriwan dan santriwati, pimpinan pendidikan berharap mendapatkan perhatian dari pemerintah Kabupaten setempat, agar dapat membantu menyediakan fasilitas pondokan sendiri, harapnya ketika dijumpai di Pekon Purwodadi, kecamatan Gisting Selasa (21/07).
Pimpinan TPI (ust.Ahmad kaswito) menceritakan “mengenai taman pendidikan Islam yang bergerak di bidang pendidikan agama tidak hanya pendidikan Al-Qur’an tapi juga pendidikan madrasah Diniyah yaitu pelajaran pelajaran seperti Ubudiyah dan muamalah, yang mengedepankan karakter akhlakul karimah untuk siap berperan di tengah-tengah umat atau masyarakat sebagai generasi penerus yang dapat membimbing umat di kemudian hari,” katanya.
Ia pun mengatakan,” kronologis berdirinya TPI Rhoudlotul Husna yang mengalami beberapa perubahan nama mulai dari TPQ sa’adatul Qur’an lalu asa’adah, “jelasnya.
“TPI ini berdiri sejak tahun 2013 di Pekon Kota dalam yang sebelumnya menginduk pada yayasan Al Muttaqin Purwodadi kemudian pada tahun 2019 bulan Syawal 1440 Hijriyah berganti nama menjadi taman pendidikan Islam Raudhatul Husna dengan taman yang lebih maju dan modern sesuai perkembangan zaman,”katanya.
“Sampai saat ini dengan jumlah santri yang banyak kami masih menumpang di madrasah ibtidaiyah negeri 2, Purwodadi,kecamatan Gisting dengan memanfaatkan ruangan kelas yang kosong,,”tuturnya.
Beliau pun sangat mengharap kepada,wali santri,masyarakat,dan pemerintah setempat untuk dapat memberi perhatian sekaligus bantuan,”harapnya.
“Mengingat santri saat ini semakin bertambah dan berjumlah banyak, kami sangat membutuhkan sekali tempat untuk anak2 santri,agar tidak selalu menumpang,juga untuk kebutuhan fasilitasi anak santri,kami mohon kepada masyarakat juga pemerintah untuk dapat membantu dan memperhatikan, apa lagi selama ini kami belum pernah mengajukan bantuan apa pun kepada pemerintah daerah setempat karna minimnya kesempatan dan pengetahuan kami,”katanya.
“Dengan jumlah santri yang tergolong banyak ini kami secara sukarela mendidik tidak pernah memungut biaya,hanya uang infak sebesar Rp 2.000,- per santri itu pun Satu mingu sekali, mengingat kami memiliki empat orang pendidik,juga waktu pendidikan pun hanya libur di hari Minggu saja,”tuturnya.(Sp)