LAMPUNG – Aksi solidaritas wartawan terhadap tindak penghinaan dan pengancaman yang dilakukan Sekdaprov Lampung Arinal Djunaidi kepada jurnalis Tribun Lampung, Noval Ardiansyah, menyisakan tanya. Bahkan, diduga ada konspirasi dalam aksi yang berakhir di kantor PWI Lampung tersebut.
Menurut rencana awal, aksi solidaritas yang diikuti ratusan jurnalis media cetak dan media online, Rabu (20/4/2016), pada pukul 9.00 para jurnalis yang dikomandoi Septa berkumpul di Tugu Adipura (bundaran Gajah), dilanjutkan ke kantor PWI Lampung dan berakhir di kantor Pemprov Lampung.
Namun tak sejalan dengan rencana semula. Aksi ini berakhir di kantor PWI Lampung, Jalan Ahmad Yani, Durian Payung, Bandar Lampung.
Salah satu wartawan media online yang biasa meliput di Pemprov Lampung, mengaku jika aksi solidaritas jurnalis yang menyeret nama Sekdaprov Arinal Djunaidi diduga kuat ‘settingan’.
Kronologisnya, kata dia, sekitar pukul 9.20 WIB, pada saat ratusan wartawan berkumpul di Tugu Adipura, dia dihubungi ketua juru bicara Jokowors Indonesia berinisial SP sekira pukul 9.33 WIB.
SP mengaku sedang berada di Jakarta. Dia menanyakan detail seputar aksi solidaritas ini, mulai dari siapa koordinator lapangan (Korlap)dalam aksi unjuk rasa wartawan, serta menanyakan tujuan aksi dan apa permintaan para jurnalis yang menggelar aksi itu.
“Saya kenal baik dan sudah telponan dengan Pak Arinal. Hubungkan saya dengan Korlap, biar Korlap ngobrol empat mata sama Pak Arinal,” tutur wartawan itu, menirukan ucapan SP.
Namun wartawan itu tak mengabulkan permintaan SP. Lalu SP pun mengatakan jika ia akan menghubungi Arinal untuk datang ke kantor PWI Lampung dan menuruti permintaan para jurnalis.
Kemudian sekira pukul 9.49 WIB, SP kembali menelpon dan mengatakan jika Arinal saat itu tengah berada di Korem/043 Gatam, dan pasti akan datang ke kantor PWI Lampung guna menyampaikan permintaan maaf, atas insiden yang memantik para jurnalis berunjuk rasa..
“Nanti sekitar 20 menit lagi Pak Arinal pasti datang ke PWI. Tunggu saja, saya sudah telponan sama Pak Arinal,” ujar SP, seperti ditirukan wartawan ini lagi. Seperti dilansir dari Lampung Online.
Sekira lima menit kemudian, ratusan wartawan yang melakukan aksi tiba di kantor PWI Lampung. Ketua PWI Lampung Supriyadi Alifian lalu menghampiri para pengunjuk rasa dan memberikan orasi dengan lantangnya.
“Saya nggak kenal dan nggak dekat dengan Arinal,” kata Supriyadi dalam orasinya di hadapan ratusan wartawan di depan kantor PWI Lampung.
Bahkan, Supriyadi dengan tegas menantang Arinal Djunaidi untuk datang ke kantor
PWI Lampung sesegera mungkin.
“Kalo gentle, Arinal hadir di sini. Kami tunggu 20 menit dari sekarang. Kalau tidak, saya sendiri yang akan mengantarkan laporan ke Polda,” ancam Supriyadi berapi-api.
Benar saja. Tak kurang dari 20 menit, Arinal Djunaidi datang ke kantor PWI Lampung, yang lamgsung diteriaki ‘huuuuu’ oleh para wartawan.
Sebelumnya, saat orasi, Supriyadi juga mengaku, setelah peristiwa Arinal menghina dan mengancam wartawan Tribun Lampung itu dan para jurnalis akan menggelar aksi solidaritas, banyak pejabat pemprov yang menghubunginya dan ingin bertemu, diduga ingin membendung aksi solidaritas ini.
“Mungkin 20-30 pejabat nelpon saya ngajak ketemu. Tapi saya nggak mau ketemu,” tegas Supriyadi.
Setibanya Arinal, Supriyadi langsung membawanya ke dalam kantor PWI Lampung diikuti sebagian wartawan untuk mediasi di lantai dua kantor tersebut, yang dihadiri Ketua PWI Lampung Supriyadi Alfian, Ketua AJI Bandar Lampung Yoso Muliawan dan Arinal Djunaidi.
Mediasi itu juga disaksikan puluhan awak media. Sikap Supriyadi yang awalnya terlihat garang saat orasi, bahkan dengan disertai ancaman akan melaporkan ke Polda Lampung, mendadak berubah jadi halus.
“Mungkin Pak Sekda (Arinal,
red) sedang lelah atau banyak pikiran kemarin itu,” ujar Supriyadi saat mediasi.
Sementara Arinal mengaku jika selama ini dirinya tidak menjalin komunikasi dengan PWI Lampung.
“Saya minta maaf atas kejadian ini,” kata Arinal.
Beberapa menit berlalu, wartawan Tribun Lampung, Noval Ardiansyah yang ada bersama ratusan jurnalis di luar, lalu dipanggil untuk berjabat tangan di ruangan itu, menandakan persoalan selesai.
Sementara, Firman, wartawan Lampung Post mewakili rekannya yang berada di luar depan kantor PWI, meminta Arinal Djuanidi untuk turun dari lantai dua dan meminta maaf kepada awak media lainnya yang berada di luar menggunakan pengeras suara.
“Pak Sekda turun, minta maaf sama kami di sini,” pinta Firman.
Mediasi di lantai dua pun selesai. Supriyadi turun dan merebut pengeras suara yang digenggam oleh Firman. Dengan lantangnya, Supriyadi memaki Firman dan mengatakan jika permasalahan ini sudah selesai saat mediasi di ruangan dalam.
“Arinal menyampaikan maaf sampai tujuh kali. Ini sudah selesai. Dia sudah minta maaf. Dia itu seperti orang tua kita sendiri,” kata Supriyadi.
Dengan termangu Firman mendengarkan makian Supriyadi. Selanjutnya, Supriyadi menawarkan makan siang kepada para wartawan di restoran. Bahkan hingga beberapa kali.
“Apa kita makan siang di Begadang Resto?” kata Supriyadi berulang kali.
Di lain pihak, beberapa wartawan mempertanyakan kredibilitas PWI Lampung.
“Kok beres di sini, harusnya kita ke pemprov bukan di sini. Ini ada apa?” tukas salah satu wartawan media online.
Tak jauh berbeda dengan salah satu wartawan TV, yang menuding adanya ‘permainan’ dalam aksi ini.
“Nggak jelas kalo demo kayak gini. Kan kita sepakat berakhir di pemprov,” ucapnya. (*)